Posted by : Unknown Sabtu, 19 November 2011



Mitos dan legenda mempertahankan harapan bahwa suatu dunia yang sempurna ada di suatu tempat melewati puncak gunung di seberang, menyeberangi lautan, melewati lorong sempit. Plato menggambarkan suatu benua mistik Atlatik seperti sesuatu yang benar-benar ada. Di jaman modern ini, James Hilton menulis ”Shangri-La” didasari pada sebuah kota mistik dari Budhisme Tibet. Dan C.S.Lewis, penulis kisah ”Narnia”, berkata, ”Kita semua suka untuk berpikir tentang adanya lemari pakaian magis di rumah kita”.


Seorang penyair abad pertama dari China juga menulis tentang tempat yang menakjubkan dimana sebagian orang percaya memang tempat itu benar-benar ada. Tao Yuanming dari Wuling dekat danau Dongting, China Selatan, dimasa Taiyuan, Dinasti Jin (376-396), bercerita tentang seorang nelayan yang menemukan tempat yang sangat indah dari perjalanannya menuju ke muara sungai.

Setiap pagi seorang laki-laki pergi memancing dengan perahunya. Kadang-kadang ikan memakan umpannya tetapi kadang juga tidak. Sesekali dia menjual ikan di pasar lokal dan membawa beberapa koin perak ke rumah. Ikan-ikan tangkapannya cukup untuk hidup dan dia merasa puas karenanya.

Suatu hari seperti seperti hari-hari biasanya, dia masuk ke perahu dan mendayungnya. Air menerjang dengan lembut ke badan perahunya selama dia mendayung. Karena sedang berpikir serius, dia kehilangan jejak dan tidak tahu seberapa jauh dia sudah mendayung. Dia melihat sekelilingnya mencari tahu.

Sejauh dia memandang, sepanjang tepi sungai di belakang dia terhampar kebun buah pohon persik yang sedang berbunga. Buah persik yang berwarna indah merekah, menari dan berputar dalam hembusan angin. Nelayan itu dapat mencium segarnya rumput hijau di bawah pohon. Dengan heran dia terus mendayung, mulutnya ternganga. Dia bertanya pada diri sendiri sebarapa jauh kebun buah ini terhampar.

Dia mendayung dan mendayung sampai dia mencapai mata air sungai. Disana pohon persik tumbuh jarang, dan dia melihat sebuah gunung. Seberkas cahaya yang aneh keluar dari celah bebatuan.

Dia melompat keluar dari perahunya, dan mendekati celah tersebut. Celah itu cukup besar baginya untuk menekan masuk dan segera dia masuk ke sebuah gua yang gelap. Dia mendorong lebih jauh, sampai di dalam menjadi lebih lapang.

Dia segera berdiri di suatu lahan yang luas dengan rumah-rumah yang rapi, sawah-sawah yang dibajak rapi, kolam-kolam yang berkilauan jernih, pohon berry dan rumpun bambu. Pria dan wanita bekerja di sawah. Mereka mengenakan pakaian yang berbeda pada umumnya. Tua dan muda semua nampak bahagia dan ceria.

Beberapa orang menyapa kedatangan nelayan tersebut dengan rasa ingin tahu, bertanya padanya darimana datangnya, dan nelayan itu menjawab dengan rinci. Mereka mengundangnya masuk ke dalam rumahnya, membawakan anggur dari gudang bawah tanah, ayam potong dan membuat jamuan makan dengan masakan yang lezat. Ketika penduduk yang lain mendengar tentang kedatangannya, semua datang untuk melihatnya.

Nelayan mempunyai pertanyaan yang sangat banyak, dan sesepuh desa tersebut menjelaskan, ”Leluhur kami tiba di tempat sini dengan keluarga dan teman-temnanya di masa Dinasti Qin (221-206 SM) untuk lari dari peperangan yang berkelanjutan. Kami tidak pernah pergi dari sini, maka tidak tahu apapun tentang dunia luar.

Mereka bertanya pada tamunya dinasti apa yang sekarang memerintah. Mereka tidak mengetahui dinasti –dinasti setelah Dinasti Qin, Dinasti Han dan Dinasti Wei, dan tentu saja tidak tahu apapun tentang dinasti Jin yang sekarang. Mereka mendengarkan dengan terpesona karena nelayan tersebut menghibur mereka dengan kisah-kisah dari dunianya.

Nelayan tinggal selama beberapa hari, menikmati kedermawanan dan keramahan mereka, kemudian mengumumkan bahwa dia harus pulang kembali ke rumah. Penduduk desa memohon dengan sangat agar dia tidak bercerita pada orang-orang luar tentang keberadaan mereka. Bebepara orang menemaninya sampai nelayan itu mencapai pintu masuk gua.

Matanya sekali lagi melihat tempat yang indah tersebut, kemudian dia melambaikan tangan perpisahan, berbalik dan berjalan dengan susah payah di kegelapan gua.

Dia menekan masuk celah batu yang terbuka. Perahunya masih ada di mana dia tinggalkan. Dalam perjalanan pulang dia mencoba untuk melekukan sebanyak mungkin tanda-tanda untuk mengingat. Begitu sampai di rumah dia pergi ke pejabat propinsi untuk menceritakan penemuannya yang aneh.

Pejabat tersebut mengirim beberapa orang menemani nelayan tersebut, untuk menemukan desa di balik bebatuan. Tetapi dengan seketika nelayan itu kehilangan semua petunjuk dan tidak dapat menemukan jalan menuju ke desa tersebut.

Seorang bangsawan bernama Liu Ziji dari propinsi Nanyang Barat, mendengar cerita ini juga mencoba untuk memnemukan desa tersebut, tetapi tidak dapat melanjutkan pencariannya, segera setelah dia menghentikan petualanngannya,dia mengidap penyakit misterius yang menyebabkan kematiannya.

Akhirnya orang-orang berhenti menemukan penduduk bahagia di tempat yang indah ini. Generasi-generasi berikut menyebutnya ”Buah persik surga merekah”

Di cerita ini melahirkan ungkapan China ”Shiwai taoyuan”, atau ”Tempat kedamaian dan harmonis yang abadi”

Leave a Reply

pambaca yang baik selalu meninggalkan komentar yang membangun

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Hatsune Miku - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by (thanks to) Johanes Djogan -